Cari Blog Ini

Jumat, 15 April 2011

JEJAK KRAKATAU DAN DAENDELS


Mercusuar Anyer memiliki sejarah yang dapat dijual khususnya kepada wisatawan asing

Anda ingin melihat panorama Pantai Anyer yang memesona dengan keindahan Gunung Anak Krakatau? Sekaligus juga melihat daratan pulau Sumatra serta beberapa pulau kecil di sekitar Selat Sunda? Pemandangan tersebut bisa Anda nikmati jika berada di puncak Mercusuar Anyer.

Mercusuar ini berlokasi di pinggir Jalan Raya Anyer, Desa Cikoneng, Kecamatan Anyer, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Tepatnya, terletak di Pantai Anyer Kidul, sekitar 38 km dari Kota Serang. Bangunan mercusuar ini didirikan pada 1885 pada masa Raja Willem III, seperti yang tertulis dalam prasasti yang terdapat di atas pintu masuk menara.

Bangunan ini tingginya 75.5 meter. Di tepi menara terdapat deretan lampu mengelilingi ujung menara. Cahaya lampu-lampu itu memberi tanda sebagai pedoman bagi kapal yang melintasi Selat Sunda.

Menara tua ini menjadi tujuan awal rombongan “Melancong Bersama Abah Alwi”, Menelusuri Jalan Daendels, Banten, yang diselenggarakan Republika, pada pertengahan Maret lalu.

“Mercusuar yang semula disebut sebagai Menara Cikoneng ini awalnya bernama Mercusuar Willem III, didirikan 77 tahun setelah Daendels pertama kali menginjakkan kakinya di Pulau Jawa,” kata Sudirman, seorang pemandu wisata di Banten.

Bangunan mercusuar ini tersusun atas lempengan-lempengan baja setebal 2,5 cm, tepat di tengah menara terdapat rongga berbentuk silinder yang memanjang sampai ke atas mercusuar yang biasa digunakan sebagai jalan untuk menarik sambungan kabel dari bawah.

Mercusuar yang dibangun pada 1885 itu terdiri atas 18 lantai dan memiliki 300 anak tangga. Semakin ke atas anak tangganya semakin kecil. Di setiap lantai, ada dua buah jendela yang memungkinkan untuk melihat keluar mercusuar.

Terdapat lampu suar dengan penutup setengah bola yang dapat berpu tar 360 derajat. Jangkauan cahaya nya sam pai 20 mil dari menara mercusuar dan memberikan sinyal penun tun bagi yang melaut di malam hari.

Ada dua teknisi dan tiga penjaga yang bertugas bergantian. Mereka menjaga agar lampu mercusuar tidak mati dan menghindarkan kapalkapal dari karang Pantai Utara yang cukup berbahaya.

Mercusuar Cikoneng atau lebih dikenal sebagai Mercusuar Anyer adalah mercusuar tertua ketiga di Indonesia. Jika melihat tahun pembuatannya, ada dua mercusuar lagi yang dibangun bersamaan pada 1879, yakni Mercusuar Semarang dan Mercusuar Belimbing, yang berada di tengah hutan kawasan Lampung Barat. Mercusuar ini dikelola oleh Kementerian Perhubungan.

Mercusuar di Lampung Barat menjadi saksi meletusnya Gunung Kra katau yang melegenda itu pada 1883. Saat mengunjungi menara itu pa da awal 2010 lalu, kondisi fisiknya su dah mulai rapuh, beberapa anak tangganya yang sudah keropos.

Sedangkan Mercusuar Anyer adalah mercusuar tertua ketiga karena didirikan pada 1885. Sebenarnya, mercusuar lama telah didirikan pada 1806 dan reruntuhannya terletak kira-kira 30 meter dari Mercusuar Anyer. Sisa fondasi mercusuar lama masih terlihat di bibir pantai yang terdiri atas struktur bata.

Jadi, mercusuar ini adalah bangunan pengganti menara yang pernah ada sebelumnya yang hancur pada 1883 akibat letusan Gunung Kraka tau. Posisi menara ini juga sebagai tanda titik 0 Jalan Anyer–Panarukan, Jawa Timur, yang dibangun oleh Gu bernur Jenderal Daendels pada 1808.

Jalan sepanjang kurang lebih 1.000 km itu hanya dikerjakan dalam waktu satu tahun dengan mengorbankan ribuan rak yat Banten yang di jadikan pekerja rodi. Program Daendels itu untuk mempermudah akses tentara Belanda di Pulau Jawa dalam menghadapi pasukan Inggris.

Pemerintah Provinsi Banten menjadi kan Mercusuar Anyer sebagai ikon wisata di kawasan Anyer-Carita. “Mercusuar Anyer memiliki sejarah yang dapat dijual khususnya kepada wisatawan asing,” kata Gubernur Banten Ratu Atut.

Untuk meningkatkan kunjungan wisata, Pemerintah Provinsi Banten akan melengkapi dengan berbagai informasi seputar mercusuar tersebut dan akan menghibur pengunjung dengan kesenian serta makanan tradisional setempat. Kesenian yang diandalkan, misalnya permainan angklung atau atraksi debus. Sedangkan makanan yang diandalkan, seperti sate bandeng atau nasi bakar.

Jalan Raya Pos Daendels

Jalan Raya Pos (De Grote Postweg) adalah jalan yang terbentang dari Anyer (Provinsi Banten) sampai Panarukan (Pro vinsi Jawa Timur) yang panjangnya kurang lebih 1.000 km. Dibangun pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Belanda Herman Willem Daendels (1762-1818). Dengan tangan besinya, jalan itu diselesaikan hanya dalam waktu setahun (1808).

Sumber Inggris melaporkan seluruh korban yang tewas akibat pembangunan Jalan Raya Pos sebanyak 12 ribu orang. Namun, diyakini jumlah korban lebih dari itu. Tak pernah ada komisi resmi yang menyelidiki ka sus kerja rodi atas perintah Daendels tersebut.

Daendels, marsekal yang diangkat menjadi gubernur jenderal di Hindia Belanda oleh Napoleon (saat itu menguasai Belanda), bertujuan untuk mengantisipasi serangan angkatan laut Inggris, yang saat itu telah memblokade Pulau Jawa. Pada 1808, Daendels tiba di Anyer, setelah melalui perjalanan panjang melalui Cadiz di Spanyol Selatan, Kepulauan Kanari, menggunakan kapal berbendera Amerika dari New York.

Bagian dari jalan yang dibangun itu adalah Jalur Pantura (Jalur Pantai Utara), istilah yang digunakan untuk menyebut jalan nasional sepanjang 1.316 km antara Merak hingga Banyuwangi di sepanjang pesisir utara Pulau Jawa, khususnya antara Jakarta dan Surabaya. Jalur ini sebagian besar pertama kali dibuat oleh Daendels yang membangun Jalan Raya Pos (De Grote Postweg) dari Anyer ke Panarukan pada 1808-an.

Jalur Pantura melintasi lima provinsi: Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Ujung paling barat terdapat Pelabuhan Merak, yang menghubung kannya dengan Pelabuhan Bakauheni di Pulau Sumatra, ujung paling selatan dari Jalan Trans Sumatra. Ujung paling timur terdapat Pelabuhan Ketapang yang menghubungkannya dengan Pelabuhan Gilimanuk di Pulau Bali. Jalur Pantura merupakan jalan yang menghubungkan bagian barat Pulau Jawa dan bagian timurnya.

Jalur Pantura melintasi sejumlah kota-kota besar dan sedang di Jawa, selain Jakarta, antara lain Cilegon, Tangerang, Bekasi, Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang, Rembang, Tuban, Surabaya, Pasuruan, Probolinggo, dan Banyuwangi. Selain jalan arteri, terdapat jalan tol di Pantura, yaitu: Jakarta-Merak (Banten), Jakarta- Cikampek (Karawang), Palimanan-Kanci (Cirebon), tol dalam Kota Semarang, Surabaya-Gresik, dan Surabaya-Gempol (Pasuruan).

Meletusnya Krakatau

Fondasi bekas mercusuar yang dibangun pada 1806 itu menjadi bukti betapa dahsyatnya letusan Gunung Krakatau pada 1883. Me nu rut catatan vulkanologi, Krakatau termasuk gunung yang letusannya paling hebat setelah letusan Santorini di Laut Aeger pada 1470 SM. Akibat letusan Krakatau, pulau yang luasnya 47 kilometer persegi di Selat Sunda pecah menjadi empat bagian. Dua per tiganya tenggelam ke dasar laut.

Letusannya terjadi pada pukul 10.00 WIB pada 27 Agustus 1883. Batu-batu terlempar sampai ketinggian 55 km dan debunya menyebar hingga sejauh 5.330 km dari pusat letusan setelah 10 hari. Bah kan, letusannya terdengar empat jam kemudian di Pulau Rodrigues, sejauh 4.776 km, seperti suara dentuman meriam berat.

Sebelum gunung itu meletus, tingginya mencapai 1.800 meter di atas permukaan laut dan 300 meter di bawah permukaan laut. Kalderanya 6,5 km dan terdapat empat puncak gunung yang sekarang menjadi Pulau Sertung, Panjang, Rakata, dan Danan.

Pada 1860, Gunung Danan dan Perbuatan meletus, tapi tak sehebat letusan pada 1883. Setelah 200 tahun, gunung tersebut baru meletus lagi hingga mengguncang dunia. Menurut vulkanolog, ketika Krakatau meletus, menimbulkan gelombang tsunami setinggi 36,3 meter. Korban jiwa mencapai sekitar 36 ribu orang yang sebagian besar merupakan penduduk yang tinggal di sepanjang pantai Anyer-Carita. Dari jumlah kor ban tewas, 90 persen adalah pendu duk Banten. Wikipedia dan buku Banten Dalam Perjalanan Jurnalistik, karya Lukman Hakim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar